Budaya Organisasi

BUDAYA ORGANISASI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksidan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan. Budaya itu sendiri merupakan pola asumsi-asumsi dasar yang oleh kelompok tertentu telah ditemukan, dibuka, atau dikembangkan melalui pelajaran untuk memecahkan masalah-masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal dan yang telah berjalan cukup lama untuk dipandang sah dan oleh sebab itu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk memandang, berpikir, dan merasa dalam kaitannya dengan masalah-masalah tersebut. Sedangkan organisasi berarti proses (mengorganisasikan perilaku). Jadi budaya organisasi merupakan suatu presepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi.

Budaya organisasi berkaitan erat dengan pemeberdayaan karyawan (employee empowerement) disuatu perusahaan. Semakin kuat budaya organisasi, semakin besar dorongan para karyawan untuk maju bersama dengan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, pengenalan, penciptaan, dan pengembangan budaya organisasi dalam suatu perusahaan mutlak diperlukan dalam rangka membangun perusahaan yang efektif dan efisien sesuai dengan misi dan visi yang hendak dicapai.Dengan demikian antara budaya organisasi dan budaya perusahaan saling terkait kareana kedua-keduanya ada kesamaan, meskipun dalam budaya perusahaan terdapat hal-hal khusus seperi gaya manajemen dan system manajemen dan sebagainya, namun semuanya masih tetap dalam rangkaian budaya organisasi. Budaya perusahaan adalah aturan main yang ada dalam perusahaan yang akan menjadi pegangandari SDM²nya dalam menjalankan kewajibannya dan nilai-nilai untuk berprilaku di dalam organisasi tersebut. BP sebagai rantai yang mengikat ujung-ujung tombak sehingga hal tersebut mengarahkan segala kekuatan menjadi satu tujuan terasa benar-benar kekuatannya.

Pada intinya budaya organisasi perusahaan ibaratkan sengan isi yang sama dengan bentuk yang berbeda-beda, Seperti yang diketahui bahwa budaya organisasi merupakan kondisi, situasi, iklimserta lingkungan kerja dalam sebuah organisasi yang lahir dan muncul dari nilai-nilai yang dibawa oleh founder khusus bagi family bisnis (atau perusahaan yang di bangun oleh individu) dan munculdari kumpulan pendiri organisasi tersbeut, yang tentu saja karena masing-masing individu memilikikarakter yang berbeda sehingga budaya yang di hasilkan oleh masing-masing organisasi tersebut  juga akan berbeda-beda satu dengan lainnya. Budaya organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi tiap perusahana dalammenghadapi persaingan yang semakin ketat pada saat sekarang ini. Hal ini dikarenakan, budaya organisasi akan memberikan karakter yang kuat bagi perusahaan, dapat memberikan sebuahsistem kerja, pola pikir dan bertindak dan juga cara mengahadapi sesuatu yang tentu saja akan unik dibandingan dengan perusahaan yang lain. Perusahaan yang memiliki budaya kerja yang kuat,identik, original dan berkarakter agan cenderung akan mudah bersaing dalam pasar karena memiliki ´jiwaµ yang kuat.

Dalam konteks persekolahan, secara umum penerapan konsep budaya organisasi di sekolah sebenarnya  tidak jauh berbeda dengan penerapan konsep budaya organisasi lainnya. Kalaupun terdapat perbedaan mungkin hanya terletak pada jenis nilai dominan yang dikembangkannya dan karakateristik dari para pendukungnya. Berkenaan dengan pendukung budaya organisasi di sekolah Paul E. Heckman  sebagaimana dikutip oleh Stephen Stolp (1994) mengemukakan bahwa  “the commonly held beliefs of teachers, students, and principals.”

Nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah, tentunya tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sekolah itu sendiri sebagai organisasi pendidikan, yang  memiliki peran dan fungsi untuk berusaha mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada para siswanya. Dalam hal ini, Larry Lashway (1996) menyebutkan bahwa “schools are moral institutions, designed to promote social norms,…” .

Nilai-nilai yang mungkin dikembangkan di sekolah tentunya sangat beragam. Jika merujuk pada pemikiran Spranger sebagaimana disampaikan oleh Sumadi Suryabrata (1990), maka setidaknya terdapat enam jenis nilai yang seyogyanya dikembangkan di sekolah.

Pentingnya membangun budaya organisasi di sekolah terutama berkenaan dengan upaya pencapaian tujuan pendidikan sekolah dan peningkatan kinerja sekolah. Sebagaimana disampaikan oleh Stephen Stolp (1994) tentang School Culture yang dipublikasikan dalam ERIC Digest, dari beberapa hasil studi menunjukkan bahwa budaya organisasi di sekolah berkorelasi dengan peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa serta kepuasan kerja dan produktivitas guru.

Upaya untuk mengembangkan budaya organisasi di sekolah terutama berkenaan tugas kepala sekolah selaku leader dan manajer di sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah hendaknya mampu melihat lingkungan sekolahnya secara holistik, sehingga diperoleh kerangka kerja yang lebih luas guna memahami  masalah-masalah yang sulit dan hubungan-hubungan yang kompleks di sekolahnya. Melalui pendalaman pemahamannya tentang budaya organisasi di sekolah, maka ia akan lebih baik lagi dalam memberikan penajaman tentang nilai, keyakinan dan sikap yang penting guna meningkatkan stabilitas dan pemeliharaan lingkungan belajarnya.

Dari dua konteks diatas, budaya organisasi yang terdapat pada perusahaan memiliki fungsi yamg sama dengan budaya organisasi yang terdapat pada sekolah yaitu sama-sama membangun karakter terhadap semua pihak yang ada pada organisasi tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Budaya organisasi ini tentu saja akan memberikan karakter yang identik dari organiasitersebut yang akan membedakan organisasi yang satu dengan organisasi yang lain. Budaya organisasi membuat tiap agian di dalam organiasi tersebut mau tidak mau harus mengikuti arus yang mengalir, karena jika tidak demikian maka bagian yang berlawanan dengan cara kerja daribudaya organisasi tersebut akan hanyut terbawa oleh arus utama yang ada yang artinya bahawa bagian tersebut tidak cocok dengan situasi yang ada dalam organisasi tersebut.

fungsi dan peran koperasi

FUNGSI DAN PERAN KOPERASI DALAM PEREKONOMIAN  DI INDONESIA

Macam Koperasi di Indonesia dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

  1. Jenis usaha terbagi atas kredit,produksi,konsumsi
  2.  Keanggotaannya terbagi atas pensiunan,pegawai negeri,sekolah,KUD

Koperasi berdasarkan jenis usaha yang terbagi atas 3 bagian yaitu:

1.         Koperasi kredit (Koperasi Simpan pinjam)

  • Anggota koperasi mengumpulkan modal bersama kemudian modal yang telah terkumpul dipinjamkan kepada anggota yang membutuhkan.
  • Keuntungan meminjam modal:bunga pinjaman sangat ringan dinikmati bersama dalam bentuk pembagian hasil usaha, pengembalian pinjaman dilakukan mengangsur.

2.         Koperasi produksi

  • Membantu usaha anggota koperasi dengan melakukan suatu jenis usaha bersama-sama dan menampung hasil usaha para anggotanya sehingga anggota tidak mengalami kesulitan menjual hasil usahanya
  • Contoh : koperasi produksi para petani, koperasi produksi peternak sapi, koperasi produksi pengrajin, dll

3.         Koperasi Konsumsi

  • Koperasi yang menyediakan kebutuhan pokok para anggota dan barang yang disediakan harganya lebih murah dibandingkan dengan toko-toko lainnya
  • Contoh: beras, gula, kopi, tepung, dll.

Koperasi berdasarkan keanggotaanya yaitu:

  1. Koperasi Pensiunan
  • Berisikan para pensiunan pegawai negeri bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para pensiunan dan menyediakan kebutuhan para pensiunan

2.         Koperasi Pegawai Negeri

  • Beranggotakan para pegawai negeri dan didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan para pegawai negeri.

3.         Koperasi Sekolah

  • Beranggotakan para warga satu sekolah dan diurus oleh siswa juga tempat untuk latihan berorganisasi, latihan bekerja sama, latihan bertanggung jawab, dan latihan mengenal lingkungan.
  • Menyediakan kebutuhan warga sekolah seperti buku tulis, pena, penggaris, pensil, dll.
  • Beranggotakan masyarakat pedesaaan dengan melakukan kegiatan usaha di dalam bidang ekonomi
  • Contoh kegiatan : Menyalurkan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan, alat-alat pertanian dan memberikan penyuluhan teknis bersama dengan petuga penyuluh lapangan kepada para petani.
  1. Koperasi Unit Desa (KUD)

Fungsi dan peran Koperasi di indonesia menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4

dijelaskan bahwa koperasi memiliki fungsi dan peranan antara lain mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota dan masyarakat, berupaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia, memperkokoh perekonomian rakyat, mengembangkan perekonomian nasional, serta mengembangkan kreativitas dan jiwa berorganisasi bagi pelajar bangsa.

Review tentang Pembangunan ekonomi Indonesia

            Pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terus-menerus dan usaha suatu negara untuk memperbesar / meningkatkan pendapatan perkapita.

a.Tujuan pembangunan ekonomi

1. Menciptakan tingkat pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya diikiuti dengan

2.meningkatnya aspek-aspek kehidupan.

3.mewujudkan kesejahteraan masyarakat

4.memperluas jangkauan sosial dan jangkauan ekonomi

5.mewujudkan masyarakt adil dan makmur

b. Pandangan Pembangunan Ekonomi di Indonesia

            Kekurangan : Menurut sebagian orang dalam 10 tahun terakhir ini, Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak mengalami perubahan. Untuk struktur PBD relatif tidak banyak perubahan.

            Kelebihan  : Dalam 10 tahun terakhir (1998-2008), pembangunan di Indonesia mengalami kemajuan yg signifikan. Untuk pertumbuhan ekonomi dan cadangan devisa mengalami peningkatan. Tingkat kemiskinan pun juga terus berkurang.

c. Landasan Pembangunan Ekonomi di Indonesia

            Jangka Panjang : mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,bersatu berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,tenteram,tertib,dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka,bersahabat,tertib,dan damai. Pada tahap awal pembangunan dititikberatkan pada bidang ekonomi dengan harapan akan berpengaruh pada bidang lain.

            Jangka Pendek  : untuk meningkatkan taraf hidup,kecerdasan,kesejahteraan masyarakat yang semakin adil dan merata serta meletakkan landasan yang kuat untuk pembangunan berikutnya

 

d. Landasan Umum Pembangunan Ekonomi

            Landasan umum Pembangunan Ekonomi Indonesia dinyatakan dalam Trilogi Pembangunan, yang prioritasnya disesuaikan dengan kondisi perekonomian saat itu.

Management Konflik

Propinsi Aceh merupakan salah satu propinsi yang istimewa di Indonesia sehingga mendapat sebutan D.I. Aceh (Daerah Istimewa Aceh). Aceh yang memiliki banyak pengalaman sejarah telah menjadi perhatian pihak luar baik nasional maupun internasional. Fase demi fase konflik kekerasan menjadi sejarah yang tidak pernah surut di Aceh. Sejak zaman pra-kolonial yaitu abad ke-17 sampai terjadinya sebuah fenomena dimana masyarakat Aceh mengalami ketidak adilan politik, ekonomi serta penerapan DOM tahun 1989- 1998 yang banyak menimbulkan korban sipil.

Aceh memiliki sejarah militansi memerangi orang-orang Portugis di tahun 1520-an dan menantang penjajah Belanda dari 1873 sampai 1913, dan melancarkan perlawanan Islam terhadap Republik Indonesia di tahun 1953. Perlawanan itu, pemberontakan, disebut Darul Islam, bertujuan mendirikan sebuah Republik Islam atas seluruh wilayah Indonesia, hal yang juga menjadi tujuan kelompok-kelompok Islam militan di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.

Pada akhir tahun 2004 tepatnya Tanggal 26 Desember Aceh dilanda musibah dalam skala besar yaitu bencana Tsunami yang menimpa bagian pesisir Aceh, termasuk ibu kota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang 802 persen infrastruktur hancur, akibat bencana ini. Penderitaan rakyat Aceh lengkap sudah dan perdamaian menjadi harapan besar bagi masyarakat Aceh. Bersamaan dengan keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non Goverment Organization (NGO) baik lokal maupun asing dalam penyaluran bantuan pasca bencana baik proses rehabilitasi, serta rekonstruksi dalam berbagai kegiatan sosial lainnya, kata sepakat yang tertuang dalam Nota Kesepahaman ( Memorandum Of Understanding atau MoU ) antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka, Pada tanggal 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia pun pada akhirnya disepakati. MoU ini memiliki beberapa butir kesepakatan yaitu diantaranya pasca MoU segera mungkin direalisasikan penyelenggaraan

Aceh yang semenjak pasca reformasi hingga sekarang telah mendapatkan payung hukum, mulai dari UU No. 44 tahun 1999 tentang keistemewaan Aceh, UU No. 18 tahun 2001 tentang otonomi daerah (Pelaksanaan syariat islam ), UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, dan yang terakhir UU No.11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh. Pada rentang waktu tersebut politik dan kondisi sosial di Aceh mengalami perubahan yang sangat cepat. Namun tsunami bukanlah momentum yang lahir dari proses sosial, namun dampak bencana tsunami mampu merubah sistem dan formasi sosial masyarakat dan pemerintahan. Tsunami turut mendesain terwujudnya perjanjian politik Kesepahaman Perdamaian yang membawa perubahan besar bagi kehidupan masyarakat Aceh. Secara keseluruhan dari segi sosial, politik, ekonomi dan budaya, kedua momentum tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat Aceh, yaitu makin terbukanya ruang-ruang publik dalam berbagai hal. Selain itu, tsunami juga telah meninggalkan imbas dalam bentuk hancurnya infrastruktur dan sufrastruktur masyarakat Aceh.

tata ruang perkantoran

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. A.    Latar Belakang

            Kantor merupakan tempat atau suatu lingkungan yang menjadi tempat organisasi untuk beraktivitas dalam mencapai tujuanya. Suatu gedung atau bangunan yang disebut kantor sangat identik dengan yang namanya ruang kerja atau ruang perkantoran karena di area itulah segala kegiatan administrasi perkantoran diadakan. Kantor dapat diartikan sebagai ruangan yang didalamnya digunakan untuk aktivitas-aktivitas organisasi, tidak mengherankan bawasanya setiap kator mempunyai tata ruangan yang berbeda antara satu dengan yang lain.

 Produktivitas suatu organisasi secara langsung atau tidak langsung akan dipengaruhi oleh penataan ruang kerja, baik dalam arti positif maupun negatif. Oleh karena itu, pemilihan ruang kerja harus menjadi salah satu agenda dari pihak manajemen, karena akan mempengaruhi produktivitas sebuah organisasi. Mengingat hal tersebut, desain kantor yang  efektif sekaligus efisien mutlak diperlukan, yang semuanya tergantung pada tiga hal, yaitu peralatan, arus kerja, dan pegawai.

Dalam melaksanakan tata usaha, suatu faktor penting yang turut menentukan kelancarannya ialah penyusunan tempat kerja atau tata ruang dengan sebaik-baiknya. Tataruang sendiri merupakan penentuan mengenai kebutuhan ruang dan penggunaan secara terperinci dari ruang ini untuk menciptakan susunan yang praktis dari faktor fisik yang dianggap perlu bagi pelaksanaan kerja perkantoran dengan biaya yang layak.  Karena dengan adanya tata ruang kantor dapat menjadikan pekerjaan di kantor  menjadi lebih efekti dan efeisen yang mana dapat memberikan kenyamanan bagi para pegawai yang bekerja di ruang kantor sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

Dalam beberapa instasi tata ruang kantornya memiliki gaya atu model penataan ruang yang berbeda beda. Tata ruang yang berbeda ini dipengaruhi oleh kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuannya. Walaupun ada perbedaan penataan ruang kantor antara instansi yang satu dengan yang lain tetapi ada standart baku yang sudah berlaku secara umum bagaimana tata ruang yang ideal dalam sebuah kantor. Hal inilah yang menjadikan kami tertarik untuk melakukan observasi tataruang kantor di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Sidoarjo, untuk mengetahui apakah tatauang kantor disana sudah ideal dengan kebutuhan instansi tersebut dalam mencapai tujuan organisasinya.

 

  1. B.     Rumusan Masalah
    1. Apa saja ruang lingkup tata ruang dalam administrasi perkantoran?
    2. Bagaimana tata ruang di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang?
    3. Bagaimana analisis tata ruang di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang di kaji dengan pendekatan ilmu tata ruang perkantoran?

 

  1. C.    Tujuan
    1. Diharapkan agar pembaca tahu bagaimana tata ruang yang ideal dan memenuhi syarat dalam suatu kantor.
    2. Mampu memahami prinsip-prinsip penataan ruang perkantoran yang efektif.
    3. Diharapkan agar pembaca sekurang-kurangnya dapat mendesain dan memodifikasi tata ruang perkantoran.
    4. Mengetahui dan mempelajari perkembangan terkini tentang penataan ruang perkantoran termasuk penyesuaian peralatan dan furnitur dengan tataruang perkantoran tersebut.
    5. Dapat dijadikan bahan acuan bagi Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang untuk menganalisis tataruang perkantoranya.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1   Kajian Teori

 

2.1.1   Definisi tata ruang perkantoran

Dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas pencapaian tujuan organisasi, suatu faktor penting yang turut menentukan kelancarannya adalah penyusunan tempat kerja dan alat perlengkapan kantor dengan baik, rapi, dan semenarik mungkin sehingga menambah semangat kerja para pegawainya. Prokdutivitas suatu organisasi secara langsung akan dipengaruhi oleh penataan ruang, baik dalam arti positif atau negatif (Sukoco, 2006).

Untuk memperjelas definisi tataruang perkantoran, berikut terdapat beberapa pendapat para ahli yang mendefinisikan tataruang perkantoran :

  1. Menurut Littlefield dan Peterson (1956) mendefinisikan tataruang perkantoran dapat dirumuskan sebagai penyusunan perabotan dan alat perlengkapan pada luas lantai yang tersedia.
  2. George Terry (1958) menyebutkan tataruang perkantoran adalah penentuan mengenai kebutuhan-kebutuhan ruang dan tentang penggunaan secara terperinci dari ruang ini untuk menyiapkan suatu susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu bagi pelaksanaan kerja perkantoran dengan biaya yang layak.
  3. Gustafsson (2002), penataan ruang kerja di sebuah kantor akan mempengaruhi kedinamisan suatu tempat kerja.
  4. Quible (2002), ruang kerja menjelaskan penggunaan ruang secara efektif serta mampu memberikan kepuasan kepada pegawai terhadap pekerjaan yang dilakukan, maupun memberi kesan mendalam bagi pegawai.

 

2.1.2   Tujuan tata ruang perkantoran

Dalam menyusun ruang untuk kerja perkantoran, ada beberapa tujuan yang perlu dicapai. Tujuan itu merupakan pula syarat-syarat (pedoman) yang hendaknya dipenuhi dalam setiap tataruang kantor yang baik. Tujuan tataruang kantor tersebut adalah :

  1. Pekerjaan di kantor itu dalam proses pelaksanaannya dapat menempuh jarak yang sependek mungkin.
  2. Rangkaian aktivitas tatausaha dapat mengalir secara lancar.
  3. Segenap ruang dipergunakan secara efesien untuk keperluan pekerjaan.
  4. Kesehatan dan kepuasan bekerja para pegawai dapat terpelihara.
  5. Pengawasan terhadap pekerjaan dapat berkangsung secara memuaskan.
  6. Pihak luar yang mengunjungi kantor yang bersangkutan mendapat kesan yang baik tentang organisasi atau instansi tersebut.
  7. Susunan tempat kerja dapat dipergunakan untuk berbagai pekerjaan dan mudah diubah sewaktu-waktu bila diperlukan.

2.1.3   Keuntungan tata ruang perkantoran

Tataruang perkantoran yang baik akan bermanfaat bagi organisasi yang bersangkutan dalam menyelesaikan pekerjaan. Manfaat dari pada tataruang perkantoran yang baik tersebut antara lain :

  1. Mencegah penghamburan tenaga dan waktu para pegawai karena berjalan mondar-mandir yang sebetulnya tidak perlu.
  2. Menjamin kelancaran proses pekerjaan yang bersangkutan.
  3. Memungkinkan pemakaian ruang kerja secara efisien, yaitu suatu luas lantai tertentu dapat dipergunakan untuk keperluan yang sebanyak-banyaknya.
  4. Mencegah para pegawai di bagian lain terganggu oleh publik yang akan menemui suatu bagaian tertentu.

2.1.4   Ruang kerja yang efektif

Ruang kerja yang efektif adalah ruang kerja yang kondusif dan sesuai pada tempat dan gunanya. Gustafsson (2002) memberikan beberapa saran dalam perencanaan tata ruang kerja suatu organisasi bahwa seharusnya memperhatikan tren pekerjaan di masa depan, seperti berikut ini :

  1. Pekerjaan berbasis tim (work-based teams), pada masa kini pekerjaan berkelompok atau biasa disebut team-work sangat sesuai dengan lingkungan yang selalu berubah-ubah atau tidak menentu secara dinamis. Oleh karena itu, kantor berkonsep tata ruang terbuka lebih sesuai sehingga dapat digunakan untuk ruang rapat secara optimal.
  2. Telecomutting, ini disesuaikan dengan tren pegawai yang biasanya lebih suka melaksanakan pekerjaannya dari rumah atau tempat yang santai. Hal ini perlu diperhatikan pula supaya tetap dapat menjaga produktivitas kerja pegawai yang dimaksud, sehingga diperlukan adanya ruangan atau pembagian area kerja tersendiri bagi konsenterasi pekerjaan mereka.
  3. Hoteling, maksudnya ialah ditujukan bagi pegawai yang dipekerjakan di lapangan. Hampir sama dengan konsep yang kedua karena biasanya pegawai yang dimaksud hanya akan mampir sesekali waktu dan untuk beberapa saat saja ke kantor da hal ini membutuhkan ruangan kantor yang optimal.

 

2.1.5   Azas- Azas tata ruangan kantor

Richard Muther (1955) merumuskan 6 asas pokok tataruang instansi yang baik. Asas tersebut antara lain :

  1. Asas mengenai jarak terpendek. Dalam asas ini suatu tataruang yang baik ialah tataruang yang memungkinkan proses penyelenggaraan suatu pekerjaan dapat ditempuh dengan jarak sependek mungkin.
  2. Asas mengenai rangkaian kerja. Dalam asas ini tataruang yang baik ialah menempatkan para pegawai dan alat-alat kantor menurut rangkaian yang sejalan dengan urut-urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan. Asas ini merupakan kelengkapan daripada asas jarak terpendek. Jarak terpendek tercapai kalau para pekerja atau alat-alat ditaruh berderet-deret menurut urutan proses penyelesaian pekerjaan tersebut. Menurut asas ini suatu pekerjaan harus senantiasa bergerak maju dari permulaan dikerjakan sampai selesai, tidak ada gerak mundur atau menyilang. Hal ini tidak berarti bahwa jalan yang ditempuh harus selalu berbentuk garis lurus. Yang terpenting ialah proses itu selalu mengarah maju ke muka menuju ke penyelesaian.
  3. Asas mengenai penggunaan segenap ruang. Suatu tataruang yang baik ialah yang mempergunakan sepenuhnya semua ruang yang ada. Ruang itu tidak hanya yang berupa luas lantai saja (ruang datar), melainkan juga ruang yang vertikal ke atas maupun ke bawah sehingga kemungkinan ruang yang tidak terpakai itu kecil.
  4. Asas mengenai perubahan susunan tempat kerja. Suatu tataruang yang baik ialah yang dapat diubah atau disusun kembali dengan tidak terlampau sukar atau tidak memakan biaya yang besar.

Menurut Martinez (1990) dan Quible (2001), ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan guna mendesain layout kantor yang efektif, antara lain :

  1. Menganalisis hubungan antara peraalatan, informasi, dan pegawai dalam arus kerja,
  2. Mengondisikan arus kerja agar bergerak dalam bentuk garis lurus dan meminimalisir kemungkinan terjadinya crisscossing dan backtracking,
  3. Pegawai maupun tim kerja yang melakukan pekerjaan serupa harus ditempatkan dalam area yang berdekatan,
  4. Pegawai maupun divisi yang berhubungan dengan publik harus ditempatkan berdekatan dengan pintu masuk kantor,
  5. Pegawai maupun tim kerja yang membutuhkan konsenterasi harus ditempatkan di ruang kerja yang suasananya lebih tenang,
  6. Alokasi ruang harus berdasarkan posisi, pekerjaan yang dilakukan, dan peralatan khusus yang diperlukan masing-masing individu,
  7. Furnitur dan peralatan harus sesuai dengan kebutuhan,
  8. Lorong ahrus nyaman dan lebaruntuk mengantisipasi pergerakan yang efisien dari pekerja,
  9. Pertimbangan keamanan harus diberikan prioritas tinggi,
  10. Area terbuka yang besar lebih efisien dibandingkan ruangan kecil yang tertutup,
  11. Provisi yang tepat bagi pencahayaan, dekorasi, AC, kelembaban dan kontrol suara,
  12. Memperhatikan kebutuhan perluasan kantor di masa datang,
  13. Pekerjaan harus datang pada pegawai, bukan sebaliknya.

2.1.6   Bentuk tata ruang kantor

Menurut Harry L. Wylie dalam bukunya Office Manajement Handbook (1958), membedakan tataruang menjadi dua macam yaitu Tataruang yang terpisah-pisah dan Tataruang yang terbuka. Sedangkan menurut para ahli yang lain tataruang dibedakan menjadi tiga yaitu Tataruang kantor Terbuka, Tataruang kantor Tertutup, dan Tataruang kantor Gabungan.

 

  1. Tataruang Kantor Terbuka

Ruang pimpinan dan para pegawainya berada dalam satu ruangan terbuka tanpa adanya sekat pemisah.

 

  1. Tataruang Kantor Tertutup

Susunan tataruang ini dibagi dalam kamar-kamar atau ruangan terpisah. Kamar atau ruangan ini pada umumnya dipisahkan berdasarkan pelaksanaan fungsi tiap-tiap seksi atau bagian.

 

  1. Tataruang Kantor Gabungan

Kombinasi antara tataruang terbuka dan tertutup. Untuk tetap menjaga wibawa pimpinan maka dibuatlah satu ruang kerja untuk seorang pimpinan. Adapun para pegawai ditempatkan dalam satu ruang kerja sehingga sistem pengawasan lebih mudah untuk dilakukan.

 

2.1.7   Faktor-faktor yang mempengaruhi Tataruang Kantor

  1. Cahaya

Cahaya penerangan yang cukup dan memancar dengan tepat akan menambah efisiensi kerja para pegawai. Karena mereka dapat bekerja dengan lebih cepat, lebih sedikit membuat kesalahan, dan matanya tidak lekas menjadi lelah. Banyak ketidakberesan pekerjaan tatausaha disebabkan oleh penerangan yang buruk, misalnya ruangan terlampau gelap atau pegawai-pegawai harus bekerja dibawah penerangan yang menyilaukan.

 

  1. Warna

Bersama-sama dengan cahaya, warna merupakan faktor yang penting untuk memperbesar efisiensi kerja para pegawai. Khususnya warna akan mempengaruhi keadaan jiwa mereka. Dengan memakai warna yang tepat pada dinding ruangan dan alat-alat lainya, kegembiraan dan ketenangan bekerja para pegawai akan terpelihara. Selain itu warna yang tepat juga akan mencegah kesilauan yang mungkin timbul karena cahaya yang berlebihan. Para ahli membedakan 3 warna pokok yaitu :

  • Merah : warna yang menggambarkan panas, kegembiraan, dan kegiatan bekerja.
  • Kuning : warna yang menggambarkan kehangatan matahari, merangsang mata dan saraf,  perasaan riang gembira dengan melenyapkan perasaan tertekan.
  • Biru : warna adem yang menggambarkan keluasan dan ketentraman.

 

  1. Udara

Mengenai faktor udara ini, yang penting sekali ialah suhu udara dan banyaknya uap air pada udara itu. Adapun untuk mengatasi suhu udara dapat dilakukan dengan :

  • Memasang AC (AirConditioning)
  • Membuat ventilasi udara
  • Pakaian kerja dari bahan dingin dan mudah menyerap keringat.

 

  1. Suara

Uangan kantor sejauh mungkin dijauhkan dari sumber kebisingan. Jika perlu digunakan bahan peredam suaru pada langit atau dinding ruangan.

 

2.2   Hasil Lapangan

Dalam melakukan observasi mata kuliah administrasi perkantoran dengan sub bahasan tata ruang perkantoran, kami mengambil sampel di Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya yang beralamat di Jl. Ahmad Yani Sidoarjo

.

2.2.1   Kedudukan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang

Unsur pelaksana pemerintah daerah dan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

 

2.2.2   Tugas Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang adalah

melaksanakan urusan pemerintah Daerah dibidang pelaksanaan pekerjaan umum Cipta Karya dan Tata Ruang.

 

2.2.3   Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang melakukan

  • Perumusan kebijakan teknis dibidang pekerjaan umum cipta karya dan tata ruang;
  • Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang pekerjaan umum cipta karya dan tata ruang;
  • Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pekerjaan umum dan tata ruang;
  • Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan bidang tugasnya.

 

2.2.4   Tataruang di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang

Kantor Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya  dan Tata Ruang terdiri dari dua lantai dengan spesifikasi tiap lantainya sebagai berikut:

                          Lantai 1       : digunakan sebagai ruang bagian kesekretariatan, bidang Tata Ruang, Penyehatan Pemukiman dan Perumahan, Pengawasan bangunan, musholla, 2 toilet, lahan parkir.

                          Lantai 2      : digunakan sebagai ruang Bidang Tata Bangunan dan Pemadam Kebakaran serta 2 toilet.

Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang memiliki arsitektur dan tata ruang yang telah diatur sesuai dengan prosedur dikombinasikan dengan lahan yang tersedia. Lahan yang ditempati oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Sidoarjo adalah bekas sebuah sekolah SMP Negeri 1 Sidoarjo. Karena SMP Negeri 1 Sidoarjo pindah lokasi maka lahan tersebut dimanfaatkan untuk kantor Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang tidak mengubah bangunan asli dari sekolah tersebut bahkan masih terdapat ring basket dilahan itu. Karena bersebelahan dengan lokasi SDN Pucang 1 Sidoarjo ring basket tersebut sering digunakan oleh anak-anak SDN tersebut untuk bermain basket.  Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang langsung memanfaatkan lahan bekas sekolah tersebut dengan melakukan sedikit perombakan namun tidak mengubah bangunan asli. Walau begitu dari wawancara yang kami lakukan pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang tidak merasakan kesulitan yang berarti dengan tata ruang yang langsung memanfaatkan bekas sekolah SMP Negeri 1 Sidoarjo. Dalam Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang membawahi beberapa bidang dan satu bagian yaitu Bagian Kesekretariatan dan Bidang Tata Ruang, Penyehatan Pemukiman dan Perumahan, Pengawasan bangunan, Tata Bangunan serta Pemadam Kebakaran. Lokasi dari observasi kelompok kami adalah bagian kesekretariatan. Dalam bagian kesekretariatan terdapat beberapa ruang yaitu ruang Kepala Dinas, ruang kesekretariatan, ruang bagian keuangan, ruang untuk bagian umum&perencanaan. Dalam bagian kesekretariatan menempati lahan dengan luas m2. Ruangan tersebut merupakan gabungan dari 3 kelas. Ruangan tersebut menggunakan 4 AC dengan temperatur 17 derajat celcius. Ruangan tersebut menggunakan 5 lampu dengan daya 15 watt. Dinding dari ruangan tersebut setengahnya ditutupi oleh tegel dan setengahnya dinding. Cat dalam ruangan tersebut kebanyakan warna soft seperti biru laut.

Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa penataan tata ruang pada kantor diharapkan dapat membawa pengaruh yang positif dan dinamis serta memberikan kenyamanan kerja bagi pegawainya agar dapat tercipta kepuasan kerja dan efektifitas kerja di dalam kantor demi tercapainya tujuan organisasinya. Sehingga berdasarkan pengertian tata ruang perkantoran, kami mengambil kesimpulan bahwa tata ruang kantor adalah ruang kerja yang secara efektif dapat memberikan kepuasan pegawai yang mempengaruhi kinerja pegawai.

Penataan tata ruang kantor tersebut pada kantor Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang mempunyai tujuan seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya tentang tujuan penataan tata ruang kantor. Walaupun tata ruangnya tidak melakukan banyak perubahan dari bangunan sekolah namun pegawainya masih merasa nyaman dalam melakukan pekerjaanya karena memang telah dilakukan beberapa penyesuaian. Tata ruang dalam kantor Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang berbeda-beda dalam tiap bagian karena memang diserahkan pada kepala bidang masing-masing bagian. Sehingga penataan ruangan tiap bagian tidak sama disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing bidang.

 

 

 

2.3  Analisa

Berdasarkan pengamatan (obeservasi) yang kami lakukan pada kantor Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang. Jenis tata ruang yang digunakan pada kantor tersebut yaitu tata ruang gabungan. Pada dasarnya system ini diciptakan untuk menanggulangi kelemahan dari system tataruang terbuka dan system tataruang tertutup. Pada system campuran ini ruangan memang dipisahkan satu dengan lainnya, tetapi pemisahan ini tidak dilakukan sepenuhnya dan hanya sebagian. Ruang kepala Dinas memang tertutup. Untuk tetap menjaga wibawa pimpinan maka dibuatlah satu ruang kerja untuk seorang pimpinan. Ruang kesekretariatan dipisahkan oleh sekat kaca setinggi langit-langit kantor. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat lebih mudah memantau kinerja pegawai dengan tetap memiliki privacy. Ruang kepala keuanganpun dipisahkan oleh sekat kaca. Dalam hal ini, konsep tata ruang kantor gabungan merupakan kombinasi antara tataruang terbuka dan tertutup. Adapun para pegawai bagian keuangan maupun pegawai bagian umum dan perencanaan ditempatkan dalam satu ruang kerja sehingga system pengawasan lebih mudah untuk dilakukan.

Dalam tata ruang yang terdapat pada kantor Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang dinilai cukup efektif dalam pelaksanaan kinerja pegawai, sehingga pegawai dapat meleksanakan tugas secara efektif. Jarak yang ditempuh untuk menyelesaikan pekerjaan yang berhubungan dengan bagian-bagian lain juga sudah menempuh jarak terpendek. Sehingga kesempatan terselesaikannya pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah Penempatan lemari untuk arsip-arsip yang terkait juga telah disesuaikan dengan kebutuhan. Namun, kebebasan pegawai terbatas, karena pegawai merasa diawasi oleh satu sama lain.

Penataan cahaya pada tiap ruang-ruang kantor cukup dan memancar, sehingga pegawai lebih sedikit melakukan kesalahan. Warna tembok pada kantor Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang berwarna soft yaitu biru laut, namun hal tersebut tidak terlalu berdampak buruk pada kinerja pegawai di sana. Sedangkan udara yang terdapat di kantor tersebut sangat terasa sejuk dan nyaman. Karena tiap-tiap ruangan terpasang AC (Air Conditioning) lebih dari 1, namun Kantor Dinas Pekerjaan Umum  Cipta Karya dan Tata Ruang tersebut tersa bising karena memang terletak bersebelahan dengan SDN Pucang 1,2,3,4 Sidoarjo. Penempatan finger print sudah cukup baik yaitu diletakkan didekat pintu masuk sehingga pegawai yang baru masuk langsung dapat melakukan absensi menggunakan finger print. Penempatan meja pegawai yang saling membelakangi cukup mengganggu dalam berkomunikasi antar pegawai.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

  1. A.    Kesimpulan

Tata ruang adalah salah satu sub bahasan dari ilmu administrasi perkantoran. Tata ruang menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh dalam kelancaran aktivitas organisasi dalam suatu instansi dalam mencapai tujuannya. Dalam kajian tata ruang sendiri ada hal-hal yang mendasar yang harus diperhatikan dan menjadi ruang lingkup sub bahasan tata ruang antara lain yaitu definisi tata ruang, tujuan tata ruang, bentuk tata ruang, azas-azas dalam tata ruang, faktor-faktor yang mempengaruhi tata ruang kantor.

Temuan dilapangan dari hasil observasi di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang yang kami dapat adalah hampir disetiap ruang yang terdapat pada gedung ini menggunakan bentuk tata ruang gabungan. Ini dilakukan menyeimbangkan kebutuhan akan hubungan antar karyawan dan memupuk agar wibawa pimpinan di mata karyawan itu tinggi. Kecuali di ruang seksi, yang memang menggunakan bentuk tata ruang terbuka. Sehingga ruang pimpinan seksi dan bawahannya menjadi satu. Ini di lakukan karena keterbatasan tempat atau lahan. Di rasa juga tidak terlalu penting apabila ruang pimpinan ruang seksi dan bawahannya harus di pisah. Sehingga suasana kerja yang kondusif dan hubungan antar karyawan serta pimpinan dapat terjaga. Tugas yang dibebankan pada mereka pun bisa dikerjakan dengan baik sebagaimana mestinya.

Setelah melakukan perbandiangan antara teory dengan keadaan di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang, banyak kekurangan penataan ruang yang kita temui. Adapun kekurangan-kekurangan itu antra lain yaitu, seperti kurang lebarnya tempat atau kantor, kurangnya pencahayaan dalam ruang tersebut sehingga terlihat redup, penataan meja yang kurang teratur, papan nama setiap bagian tidak rapi dan jelas. Dari beberapa kelemahan tadi mengakibatkan proses aktivitas dalam produktivitas karyawan terganggu dan tidak lancar. Hal ini akan berdampak pula kepada kurang maksimalnya pencapaian tujuan organisasi.

 

 

 

  1. B.     Saran

Setelah kita menganalisis dan membandingkan antra syarat dan standart bagaimna keadaan tata ruang yang ideal dengan hasil observasi lapangan di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang kita menemui beberapa kelemahan dan kekurangan yang ada di instansi tersebut, untuk itu perlunya adanya penyesuaian kebutuhan-kebutuhan organisasi baik karyawan dan perlengkapan ruangnya untuk menunjang produktivitas para karyawan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Gie, The Liang. 2007. Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Sukoco, Badri Munir. 2006. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta: Erlangga

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran